Cerita Pendek dan Inspiratif (Bahasa Indonesia)
Budaya yang menyatukan
Karya: Kathleen Kumontoy
Ikatan
persahabatan Ara dan Ajeng seperti rantai yang sangat panjang yang tidak bisa
dihancurkan. Ara
dan Ajeng sudah membuat komitmen bersama-sama bahwa mereka akan selalu
bersahabat. Ara adalah orang asli Korea tetapi Ia dari kecil sudah tinggal
bersama Ajeng. Orangtua Ajeng dan Ara sudah bersahabat lama, bahkan sudah saling
menganggap keluarga sendiri. Karena itulah, orangtua Ara menitip anak mereka
untuk tinggal dirumah mereka dari Ara kecil.
Pada suatu hari Ajeng dikabarkan bahwa Ara akan pergi ke Korea karena sudah waktunya Ara untuk bersekolah disana. Disaat itulah datang Aril sahabat Ajeng, Aril adalah teman baik Ajeng, tidak bisa dibilang sahabat karena sahabat Ajeng satu-satunya hanyalah Ara. Aril memperhatikan Ajeng dan Ara dari kejauhan, Aril yang sangat senang melihat Ara pergi, katanya “akhirnya aku bisa lebih dekat dengan Ajeng”. “Apakah kamu sudah tidak ingin bersahabat denganku?”, kata Ajeng, “bukan begitu Ajeng, tetapi keadaan dan keluarga yang memaksakan saya untuk pindah, lagipula saya tidak akan meninggalkan kamu selamanya” jawab Ara. Ajeng sangatlah sedih, tetapi Ia sadar bahwa sebagai sahabat harus saling mendukung, maka kata Ajeng “aku akan selalu mendukungmu, sahabatku..”. Keesokan harinya, keluarga Ara sudah harus pergi, Ara merasa berat ketika harus melepaskan sahabatnya tetapi Ia tahu bahwa hati dan rasa persahabatan mereka tidak akan pernah dibatasi apapun. Mereka pun berpisah, tetapi Ajeng percaya bahwa Ara akan kembali.
Selama 3 tahun, 2 sahabat ini
saling berkomunikasi melalui internet dan selama itu juga Ajeng pun lulus,
begitu juga dengan Ara di Korea. Sayangnya, Ayahnya Ara belum bisa untuk
kembali tinggal di Indonesia, tetapi keluarga mereka akan pulang ke Indonesia
pada saat Ara libur nanti. Ara sengaja untuk tidak meberitahukan Ajeng, agar
menjadi kejutan bagi Ajeng. Beberapa hari kemudian, Ara merasa sangat semangat
karena Ia sangat merindukan sahabatnya Ajeng, Ara seperti rusa yang merindukan
sungai yang berair. Merekapun sampai di Indonesia, dirumah Ajeng. Ara dan Ajeng saling bertatapan
dan langsung berpelukan. Mereka berdua merasa sangat terharu, karena sudah bisa
melepas rindu selama 3 tahun tidak pernah bertemu. Merekapun saling memulai
liburan dengan bersenang-senang.
Setelah beberapa hari, menurut
Ajeng, Ara sudah lebih keras, dewasa dan selalu memaksa Ajeng untuk mengikuti
keinginannya. “Mungkin sudah 3 tahun Ia di Korea, karena itulah sifat dan
budaya kita sudah cukup berbeda” kata Ajeng dalam hatinya. Ajeng juga melihat
bahwa Ara membawa kebiasaan-kebiasaannya di Korea ke Indonesia dan Ara tidak
mau merubah kebiasaan-kebiasaan itu, walau Ia tahu bahwa Ia bukan berada di
Korea, tempat tinggalnya saat itu. Tiba-tiba Ara mengatakan “Indonesia dan
Korea cukup berbeda yah Ajeng? Tetapi tak tahu kenapa, aku sangat mencintai
Korea, Korea mempunyai budaya yang lebih disiplin dan lebih teratur". Saat itu
juga, Ajeng sebenarnya tidak terlalu suka dengan argument Ara, karena
menurutnya, Indonesia mempunyai budaya
yang lebih unik, walaupun masih banyak orang yang tidak mengikuti aturan,
tetapi Indonesia juga indah dan sama dengan negara lain. Ajengpun
menyikapi argument Ara tadi dengan senyuman, lalu berkata “walau kita merasa
negara dan budaya kita berbeda, tetapi aku akan selalu mendukungmu”. Ara pun
tersenyum indah.
Suatu hari, Ajeng dan Ara disuruh
pergi kerumah Aril untuk membawa makanan yang dibagikan oleh Ibunya Ajeng. Merekapun
pergi ke rumah Aril, ternyata Aril sudah akan menjalankan misinya yaitu membuat
Ajeng benci kepada Ara. “Permisi, selamat pagi” kata Ajeng. Lalu muncullah
Aril, “Eh selamat pagi juga Ajeng, ada yang bisa kubantu?” kata Aril. “Oh iya,
saya dan Ara hanya ingin mengantarkan titipan Ibu saya untuk keluargamu” kata
Ajeng dengan ramah. “Waduh jadi merepotkan, terima kasih, silakan masuk” balas
Aril. Ajeng dan Ara punmenolak untuk masuk ke rumah Aril, karena Ajeng dan Ara
hanya datang untuk membawakan titipan Ibu Ajeng itu. Ajeng dan Arilpun berpamit
untuk langsung pulang. Dalam hati Aril sebenarnya sudah sangat cemburu terhadap
mereka berdua.
Saat berada di jalan pulang, Ajeng mencium bau busuk, saat dia telusuri kembali, bau busuk itu berasal dari Ara. Bau busuk itu berasal dari keringat Ara, kata Ajeng “Ara tadi kamu mandi kan?”, “yah kamu tau kan, saya biasanya tidak mandi pagi biasanya hanya mandi malam saja, emangnya kamu belum tahu?” balas Aril, “oh maaf saya baru tahu” kata Ajeng yang sebenarnya malu untuk mengatakan kepada Ara tentang bau busuk itu. Setelah itu mereka pun sampai dirumah dan mereka bermain didepan rumah Ajeng. Keesokan harinya, Ajeng mengajak Ara untuk bermain bersama teman-temannya dilapangan komplek rumah Ajeng. Setelah sampainya di lapangan itu, sudah ada teman-teman komplek Ajeng. Ajeng, Ara, Aril dan teman-teman lainnyapun bermain dilapangan tersebut.
Sementara Ara lari, Ajeng
memarahi semua teman-temannya itu karena Ia tidak suka jika temannya Ara
diejek. Setelah itu, ia langsung mengejar Ara. Saat Ajeng sampai Ara sudah siap
dengan barang-barangnya untuk kembali ke Korea lagi. Ara yang sudah marah dan kecewa
dengan dirinya sendiri tidak mengatakan apapun kepada Ajeng, dan langsung
berangkat ke bandara. Ajeng menangis kepada orangtuanya, orangtuanya hanya bisa
mendengarkan apa yang dikatakan Ajeng dan menenangkannya, Ajengpun menceritakan
semuanya kepada orangtuanya, tiba-tiba sesuatu hal terjadi, hal yang sudah lama
diimpikan oleh Ajeng.
Ara sebenarnya sangat tidak ingin
pulang secepat itu, tetapi Ia sangat malu dan kecewa pada dirinya sendiri, Ia
hanya bisa menangis dan menceritakan semuanya kepada orangtuanya. Orangtuanya
hanya bisa menenangkan Ara. Sesampainya Ara di rumahnya, Ia tidak
lagi menelpon Ajeng. Tiba-tiba keesokan harinya, Ajeng datang ke rumah Ara di
Korea, Ara merasa terharu dan kaget, melihat sahabatnya yang akhirnya bisa
pergi ke Korea. Kata Ajeng “maafkan teman-temanku dan aku yah Ara, mereka
mengatakan itu mungkin karena belum tau kalau kebiasaan kita semua kan berbeda”
kata Ajeng sambil meminta maaf, “tidak apa-apa kok” kata Ara. “Ara walaupun apa
yang kita jalani dan tekuni sekarang sudah berbeda contohnya perbedaan budaya
kita, mari kita menyatukan lagi persahabatan kita melalui perbedaan budaya kita
ini” kata Ajeng kepada Ara. “Mulai sekarang apapun yang kita rasakan dan alami,
kita harus melakukannya secara bersama-sama yah” kata Ajeng kepada Ara. “SAHABAT
SELAMANYA!”.
Komentar
Posting Komentar